Saturday, 27 July 2013

Secangkir Teh dan Butiran Peluru



Watak kuasa. masih sama saja,
Menjinakkan, kekerasan, gerak kehidupan, dibina, dibinasakan,
Hidup memang mengalir, jangan bayangkan seperti sungai lagi,
Air berlabuh, belum tentu berujung pada laut.

Kata bijak, jadi hiburan. Berlumba berdoa pada dinding-dinding jejaring sosial,
Status aneka rupa, gurauan, keluh, maki, mimpi terhadir atau realiti menjadi mimpi,
Menjadi diri sendiri atau menjadi rupa obsesi,
Dunia sudah terbalik. Tak perlu digugat,
Mengelak saja atau dinikmati dengan sedar,
Permainan ini memang bukan main-main,
Membangun kesedaran mencipta peradaban.

Secangkir teh, menikmati hari pagi bersama malam di beranda Malaysia,
Bersama jutaan jiwa, menikmati cahaya mentari pagi yang merekah,
Dengan warna mistik, bingkai awan dan manipulasi waktu,
Tembakau sebagai ubat, malah jadi musuh bersama,
Saat menjadi kretek asli produk dalam negeri yang dikembiri,
dan menjadi sumber dari segala sumber penyakit yang patut dibinasakan,
memang dirasa belum saatnya bersatu.

Para pencari kuasa. Bermain dalam ruang secangkir teh, kepulan kretek, dan secangkir kopi,
Menghembuskan badai kata-kata,
Menggulung mata angin yang menyebarkan,
Menjadi sayup, melalaikan atau membangkitkan ghairah nurani purba,
Menggagahi perjalanan sang waktu, berputar  tak sampai-sampai,
Tetap saja sorak pembentukan  rencana tertanam dalam kepala.

Para pencari kuasa. Pada gelap membasuh butiran-butiran peluru,
Kembang tujuh rupa dari air tujuh sumber,
Berlumba pada malam,
Membina bola-bola api yang pecah pada arah tertuju,
Jangan sebut nama-nama akan percuma,
Walau media sering latah, Menyiram tragedi membangkitkan tragedi,
Lantas apa guna belajar sejarah, bila ulangan –ulangan selalu menyapa,
Hanya menjadi berita, dalam masa beberapa jam kembali.

Lantas? jadilah dirimu sendiri. Belajar tiada henti,
Bukan sombong hati, bukan pula rendah diri,
Mencipta bara tak padam. Walau dunia telah kelam,
Keyakinan dakaplah di hati, Jangan bimbang akan diadili,
Mari nikmati secangkir teh, jalani hari-hari selang-seli dengan kopi,
Kubur dalam-dalam butiran peluru,
Gema nyanyian merdeka, Menyapa semesta,
Harus dicipta dan dijaga.

No comments: